Selasa, 16 Maret 2010

SPEECH DELAY


Keterlambatan bicara adalah salah satu penyebab gangguan perkembangan yang paling sering ditemukan pada anak. Gangguan ini semakin hari tampak semakin meningkat pesat. Beberapa laporan menyebutkan angka kejadian gangguan bicara dan bahasa berkisar 5 – 10% pada anak sekolah.
KRITERIA DIAGNOSTIK GANGGUAN SPEECH DELAY
Untuk mengetahui apakah anak mengalami ganggua keterlambatan bicara atau tidak, perlu dilakukan observasi yang menyangkut beberapa pertanyaan berikut, apakah anak sudah dapat melakukan hal-hal berikut:
A.       Mengucapkan perulangan suku kata antara umur 12 – 15 bulan.
B.       Mengerti kata-kata sederhana (seperti “tidak”) setelah umur 18 bulan.
C.       Berbicara dengan kalimat pendek setelah mencapai umur sekitar 3 tahun.
D.      Bercerita dengan cerita sederhana saat berumur 4 – 5 tahun.
E.       Atau dengan melakukan perbandingan dengan tahapan perkembangan bahasa pada anak normal.

PENYEBAB GANGGUAN SPEECH DELAY
A.       Retardasi mental.
B.       Gangguan pendengaran.
C.       Gangguan bicara karena kelainan orang bicara. Kelainan ini meliputi lidah pendek, kelainan bentuk gigi dan mandibula (rahang bawah), kelainan bibir sumbing (palatoschizis atau cleft palate).
D.      Gangguan berbahasa sentral. Gangguan berbahasa sentral adalah ketidak sanggupan untuk menggabungkan kemampuan pemecahan masalah dengan kemampuan berbahasa yang selalu lebih rendah. Ia sering menggunakan mimik untuk menyatakan kehendaknya seperti pada pantomim. Pada usia sekolah, terlihat dalam bentuk kesulitan belajar.
E.       Deprivasi (tidak mendapat rangsangan yang baik dari lingkungan).
F.        Bilingual (penggunaan dua bahasa dalam keluarga).
G.      Keterlambatan fungsional. Dalam keadaan ini biasanya fungsi reseptif sangat baik, dan anak hanya mengalami gangguan dalam fungsi ekspresif: Cirikhasnya adalah anak tidak menunjukkan kelainan neurologis lain.
H.      Mutisme selektif.  Biasanya terlihat pada anak berumur 3-5 tahun, yang tidak mau bicara pada keadaan tertentu, misalnya di sekolah atau bila ada orang tertentu. Atau kadang-kadang ia hanya mau bicara pada orang tertentu, biasanya anak yang lebih tua. Keadaan ini lebih banyak dihubungkan dengan kelainan yang disebut sebagai neurosis atau gangguan motivasi. Keadaan ini juga ditemukan pada anak dengan gangguan komunikasi sentral dengan intelegensi yang normal atau sedikit rendah.
I.          Celebral Palsy.
J.          Autisme.

CELEBRAL PALSY (WILLIAM LITTLE 1960)

Celebral Palsy atau CP adalah penyakit yg mengenai pusat pengendalian pergerakan tubuh karena terjadi perkembangan yg salah atau adanya kerusakan pada area motorik otak sehingga mengganggu kemampuan otak untuk mengontrol pergerakan dan postur. Ditemukan oleh william little (1860) untuk menjelaskan kesulitan anak dalam memegang objek, merangkak dan berjalan pada beberapa tahun pertama. Kondisi tersebut dulu disebut little deseases yg sekarang dikenal dengan spastic diplegia. Merupakan salah satu penyakit yang mengenai pengendalian pergerakan dan masuk dalam terminologi cerebral palsy (CP). Prevalensi kejadiannya adalah 1.2 – 2.5 per 1000 anak usia dini , sedang khusus untuk CP Kongenital derajad sedang – berat mencapai 1,2 per 1000 anak usia 3 tahun.

GEJALA-GEJALA GANGGUAN CP
A. Kesulitan Motorik Halus Ex. Menulis, Menggunting, keseimbangan dan berjalan, atau.
B. Gerakan involunter Ex. Sulit mengontrol gerakan menulis atau selalu mengeluarkan air liur.
C. CP berat menyebabkan tidak dapat berjalan.
D. Penderita CP juga sering menderita penyakit lain, missal: Kejang dan Retardasi mental.

KLASIFIKASI CP
  • CP SPASTIK (70-80 %): Otot mengalami kekakuan & secara permanen akan menjadi kontraktur (monoplegi, diplegia, triplegia, Quadriplegia, Hemiplegia).
  • CP ATETOIT: Gerakan menulis tidak terkontrol, menyeringai, selalu mengeluarkan air liur. 
  • CP ATAKSIT (5-10 % CP): Menunjukkan koordinasi yang buruk, missal: Berjalan tidak seimbang, kesulitan melakukan gerakan cepat.
  • CP CAMPURAN

GANGGUAN YANG MENYERTAI
A. Gangguan Mental (1/3 dengan gangguan ringan, 1/3 dengan gangguan berat&sedang, 1/3 normal).
B. Kejang.
C. Gangguan pertumbuhan.
D. Gangguan penglihatan & pendengaran.
E. Gangguan pada sensasi & persepsi

RETARDASI MENTAL (RM)



Kriteria Retardasi Mental
A.       IQ kira-kira 70 atau kurang pada tes IQ (Individual).
B.       Adanya defisit atau gangguan yang menyertai dalam fungsi adaptif sekarang (yaitu: efektivitas orang tersebut untuk memenuhi standar-standar yang dituntut menurut usianya dan kelompok kulturalnya) pada sekurangnya dua bidang keterampilan berikut: komuikasi, merawat diri sendiri, dirumah, keterampilan interpersonal, menggunakan sarana masyarakat, mengarahkan diri sendiri, keteramplilan akademik fungsional, pekerjaan, kesehatan, liburan dan keamanan.
Onset sebelum usia 18 tahun.
KLASIFIKASI RM
A.       RM ringan: IQ 50-55 sampai kira-kira 70.
B.       RM sedang: IQ 35-40 sampai 50-55.
C.       RM berat: IQ 20-25 sampai 35-40.
RM sangat berat: IQ dibawah 20 atau 25.
FAKTOR PENYEBAB
A.       Faktor sosial ekonomi, genetik & lingkungan sosial.
B.       Keruskan fisik otak.
C.       Usia ibu hamil, radiasi, infeksi virus.
D.      Phenylketunuria (PKU) atau gangguan metabolisme bawaan.
E.       Kelainan Kromosom
1.      Down Sindrom. Diagnosis: Hambatan bahasa, daya ingat, keterampilan bina diri, memecahkan masalah (pada usia 30 tahun), rata-rata IQ kurang dari 50 (penurunan terus terjadi mulai usia 1 s/d 30 tahun). Catatan: penderita down sindrom kebanyakan hidup tidak lebih dari 40 tahun.
2.      Sindrom X Rapuh. Fenotip: Kepala besar & Panjang, perawakan pendek. Diagnosis: gangguan hiperaktivitas, gangguan belajar & gangguan pervasif. Catatan: Fungsi Intelektual mulai menurun pada periode pubertal.
Yang membedakan anak RM dengan gejala perilaku dan Autis adalah: 
1. Anak RM biasanya berhubungan dengan orang tua atau anak-anak lain dengan cara yang sesuai dengan umur mentalnya, 
2. mereka menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan orang lain, 
3. mereka memiliki gangguan yang relatif tetap tanpa pembelahan fungsi.

GANGGUAN DISINTEGRATIF MASA ANAK-ANAK

Dikenal juga sebagai sindroma Heller dan psikosis disintegratif, dijelaskan pertama kali pada tahun 1908. Prevalensi kejadian kira-kira 1 dari 100.000 anak laki-laki. Adapun kriteria diagnostik gangguan disintegratif masa anak-anak seperti dijelaskan dalam DSM-IV adalah sebagai berikut:
Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Disintegratif Masa Anak-Anak

A. Pertumbuhan yang tampaknya normal selama sekurangnya dua tahun pertama setelah lahir seperti yang ditunjukkan oleh adanya komunikasi verbal dan non verbal yang sesuai dengan usia, hubungan sosial, permainan dan perilaku adaptif.

B. Kehilangan bermakna secara klinis keterampilan yang telah dicapai sebelumnya (sebelum usia 10 tahun) dalam sekurangnya bidang berikut:
1) Bahasa ekspresif atau reseptif
2) Keterampilan sosial atau perilaku adaptif.
3) Pengendalian usus atau kandung kemih.
4) Bermain.
5) Keterampilan motorik.

C. Kelainan fungsi dalam sekurangnya dua bidang berikut:

1) Gangguan kualitatif dalam interaksi sosial (misalnya, gangguan dalam perilaku non verbal, gagal untuk mengembangkan hubungan teman sebaya, tidak ada timbal balik sosial atau emosiaonal).

2) Gangguan kualitatif dalam komunikasi (misalnya, keterlambatan atau tidak adanya bahasa ucapan, ketidak mampuan untuk memulai atau mempertahankan suatu percakapan, pemakaian bahasa yang stereotipik dan berulang, tidak adanya berbagai permainan khayalan).

3) Pola perilaku, minat, dan aktivitas yang terbatas, berulang dan stereotipik, termasuk stereotipik dan manerisme motorik.

D. Gangguan tidak diterangkan lebih baik oleh gangguan perkembangan pervasif spesifik lain atau oleh skizofrenia.

GANGGUAN RETT

Gangguan RETT dikenalkan oleh Andreas Rett (1965) untuk menjelaskan perkembangan 22 anak perempuan yang mengalami perkembangan normal selama sekurangnya enam bulan, diikuti oleh pemburukan perkembangan yang menakutkan. Prevalensi kejadian antara    6–7 per 100.000 anak perempuan. Adapun kriteria diagnostik sindrom RETT menurut DSM-IV adalah sebagai berikut:
Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Rett

1)        Perkembangan pranatal dan perinatal yang tampaknya normal.
2)        Perkembangan psikomotor yang tampaknya normal selama lima bulan pertama setelah lahir.
3)     Lingkaran kepala yang normal saat lahir.
4)     Perlambatan pertumbuhan kepala antara usia 5 dan 48 bulan.
5)     Hilangnya keterampilan tangan bertujuan yang sebelumnya telah dicapai antara usia 5 dan 30 bulan dengan diikuti perkembangan gerakan tangan stereotipik (misalnya, memuntirkan tangan atau mencuci tangan).
6)     Hilangnya keterlibatan sosial dalam awal perjalanan (walaupun seringkali interaksi sosial tumbuh kemudian).
7)     Terlihatnya gaya berjalan atau gerakan batang tubuh yang terkoordinasi secara buruk.
8)     Gangguan parah pada perkembangan bahasa ekspresif dan reseptif dengan retardasi psikomotor yang parah.
Perbedaan gangguan Rett dengan Autis:
A.       Pada gangguan autis penyimpangan perkembangan secara umum terjadi sejak awal.
B.       Pada gangguan Rett, gerakan tangan yang spesifik dan karakteristik selalu ditemukan, sementara pada autis tidak.
C.       Koordinasi yang buruk, ataxia dan apraxia banyak ditemukan pada gangguan Rett.
D.      Gangguan verbal biasanya hilang sama sekali.
E.       Pada gangguan Rett kejang ditemukan sejak awal, sementara pada gangguan autis biasanya sering terjadi pada masa remaja.
F.        Adanya disorganisasi pernafasan.

SINDROM ASPERGER

Sindrom Asperger pertama kali dijelaskan oleh seorang pediatri (ahli kesehatan anak) dari Wina, Hans Asperger. Dalam tesis doktoral yang dipublikasikan pada 1944, Hans Asperger menggambarkan empat anak laki-laki yang tidak memiliki kemampuan berinteraksi, linguistik, dan kognitif. Ia menggunakan istilah “Psikopati Autistik” untuk menjelaskan gejala ini. Baik Leo Kanner maupun Hans Asperger menggambarkan anak-anak tersebut sebagai orang yang memiliki interaksi sosial yang sangat minim, kegagalan berkomunikasi, dan perkembangan pada minat-minat khusus.
Adapun kriteria diagnostik gangguan Asperger menurut DSM-IV adalah sebagai berikut:
Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Asperger

A. Gangguan kualitatif dalam interaksi sosial, seperti ditunjukkan oleh sekurangnya dua dari berikut:

1) Gangguan jelas dalam penggunaan perilaku non verbal multipel seperti tatapan mata, ekspresi wajah, postur tubuh, dan gerak-gerik untuk mengatur interaksi sosial.

2) Gagal untuk mengembangkan hubungan dengan teman sebaya yang sesuai menurut tingkan perkembangan.

3) Gangguan jelas dalam ekspresi kesenangan dalam kegembiraan orang lain.Tidak ada timbal balik sosial atau emosional.

B. Pola perilaku, minat, dan aktivitas yang terbatas, berulang, dan stereotipik, seperti ditunjukkan oleh sekurangnya satu dari berikut:
1) Preokupasi dengan satu atau lebih pola minat yang stereotipik dan terbatas, yang abnormal baik dalam intensitas maupun fokusnya.
2) Ketaatan yang tampaknya tidak fleksibel terhadap rutinitas atau ritual yang spesifik dan non fungsional.
3) Manerisme motorik stereotipik dan berulang (misalnya, menjentikkan atau memuntirkan tangan atau jari, atau gerakan kompleks seluruh tubuh).
4) Preokupasi persisten dengan bagian-bagian benda. 

C. Gangguan menyebabkan ganggguan yang bermakna secara klinis dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lainnya.

D. Tidak terdapat keterlambatan menyeluruh yang bermakna secara klinis dalam bahasa (misalnya, menggunakan kata tunggal pada usia 2 tahun, frasa komunkatif digunakan pada usia 3 tahun).

E. Tidak terdapat keterlambatan yang bermakna secara klinis dalam perkembangan kognitif atau dalam perkembangan keterampilan menolong diri sendiri dan perilaku adaptif yang sesuai dengan usia (selain dalam interaksi sosial), dan keinginan tahuan tentang lingkungan pada masa anak-anak.

F. Tidak memenuhi kriteria untuk gangguan perkembangan pervasif spesifik atau skizofrenia.

Penanganan Anak Autis


PENANGANAN
Autisme adalah gangguan yang tidak bisa disembuhkan (not curable), namun bisa diterapi (treatable). Maksudnya kelainan yang terjadi pada otak tidak bisa diperbaiki namun gejala-gejala yang ada dapat dikurangi semaksimal mungkin sehingga anak tersebut nantinya bisa berbaur dengan anakanak lain secara normal. (Wenar, 1994)
Keberhasilan terapi dipengaruhi oleh beberapa faktor:
A.       Berat ringannya gejala atau berat ringannya kelainan otak.
B.       Usia, diagnosis dini sangat penting oleh karena semakin muda umur anak saat dimulainya terapi semakin besar kemungkinan untuk berhasil.
C.       Kecerdasan, makin cerdas anak tersebut makin baik prognosisnya
D.      Bicara dan bahasa, 20 % penyandang autis tidak mampu berbicara seumur hidup, sedangkan sisanya mempunyai kemampuan bicara dengan kefasihan yang berbeda-beda. Mereka dengan kemampuan bicara yang baik mempunyai prognosis yang lebih baik.
E.       Terapi yang intensif dan terpadu.

TERAPI YANG TERPADU
Penanganan atau intervensi terapi pada penyandang autisme harus dilakukan dengan intensif dan terpadu. Terapi secara formal sebaiknya dilakukan antara 4-8 jam sehari. Selain itu seluruh keluarga harus terlibat untuk memacu komunikasidengan anak. Penanganan penyandang autisme memerlukan kerjasama tim yang terpadu yang berasal dari berbagai disiplin ilmu antara lain psikiater, psikologneurolog, dokter anak, terapis bicara dan pendidik. Beberapa terapi yang bisa dijalankan antara lain:
A.       Terapi medikamentosa. Obat-obatan yang sering dipakai di Indonesia adalah:
1.         Vitamin (Efek samping: Hiperaktivitas, marah-marah, agresif, sulit tidur dan lain sebagainya).
2.          Obat-obatan untuk memperbaiki keseimbangan neorutransmitter serotonin dan dopamin (Efek samping: Ngiler,ngantuk, kaku otot).
B.       Terapi Wicara
C.       Terapi Perilaku
D.      Terapi Okupasi
E.       Terapi Edukatif atau Pendidikan Khusus.

PENYEBAB AUTISME dan PENGGOLONGANNYA

PENYEBAB AUTISME

Sampai dengan saat ini belum ada ketentuan yang pasti tentang penyebab gangguan autism ini, ada beberapa anggapan sebagai berikut:
A.Teori Psikoanalitik (efrigerator mother).
Menurut teori ini, Autism disebabkan pengasuhan ibu yang tidak hangat (Bruno Bettelheim).
B.Teori berpandangn kognitif (Theory of Mind).
Menurut teori ini, Autis disebabkan ketidak mampuan membaca pikiran orang lain “mindblindness” (Baron-Ohen, Alan Leslie).
C.Autisme sebagai gejala neurologis atau gangguan Neuro-Anatomi dan Bio-Kimiawi Otak. Menurut penelitian yang ada, 43% dari penyandang autism mempunyai kelainan yang khas didalam lobus parientalisnya (menyebabkan keterbatasan perhatian terhadap lingkungan), menurut Eric Courchesne dari Department of Neurososciences, School of Medicine, University of California, SanDiego, para penyandang autisme memiliki cerebellum yang lebih kecil (bertanggung jawab terhadap proses sensori, daya ingat, berpikir, bahasa, dan perhatian).
D.Teori Biologi,
Menurut teori ini, Autis disebabkan oleh Faktor genetik.
E.Teori Imunologi,
Menurut teori ini, Autis disebabkan oleh infeksi virus.

PENGGOLONGAN AUTISM
A.Autism (autisme masa anak-anak).
B.Autisme atipikal atau Pervasive Develompmental Disorder-Not Otherwise Specified atau PDD-NOS (Diagnosis ini dibuat jika anak tidak memenuhi semua kriteria untuk diagnosis autis dan asperger, tapi ada kecacatan parah dan menetap di area yang dipengaruhi ASD.
C.High Functioning Autism (Autisme dengan IQ tinggi).
Low Functioning Autism (Autisme dengan IQ rendah).

GEJALA-GEJALA YANG NAMPAK PADA ANAK AUTIS

Chris Williams dan Barry Wright (2007) mengemukakan beberapa simptom autistik yang mungkin sudah muncul diusia 18 bulan, seperti:
A.       Tidak melakukan kontak mata dengan yang lain.
B.       Tidak merespon segera jika dipanggil nama.
C.       Tampak berada pada “dunianya sendiri”.
D.      Mengalami hambatan perkembangan bahasa.
E.       Kehilangan kemampuan berbahasa.
F.        Tidak menggunakan sikap tubuh.
G.      Memegang tangan orang dewasa dan menaruhnya pada sesuatu yang ingin dia buka.
H.      Tidak memahami sikap tubuh orang lain.
I.          Tidak bermain pura-pura.
J.          Lebih tertarik pada bagian-bagian permainan.
K.       Menghabiskan banyak waktu untuk membariskan benda-benda.
L.       Dan melakukan gerakan-gerakan tidak umum
M.     Memaksa membawa dua benda, satu disetiap tangan, seringkali dengan bentuk dan warna sama.
Gejala ini mungkin muncul sebelum anak berusia 3 tahun, bahkan ada beberapa anak sudah terlihat sejak lahir.

Ada beberapa gejala autisme yang akan tampak semakin jelas saat anak telah mencapai usia 3 tahun, yaitu:
A.       Gangguan dalam komunikasi verbal maupun non verbal seperti terlambat bicara, mengeluarkan kata-kata dalam bahasanya sendiri yang tidak dapat dimengerti, echolalia, sering meniru dan mengulang kata tanpa dimengerti maknanya, dan seterusnya.
B.       Gangguan dalam berinteraksi, seperti menghindari kontak mata, tidak melihat jika dipanggil, menolak untuk dipeluk, lebih suka bermain sendiri, dan seterusnya.
C.       Gangguan pada bidang perilaku yang terlihat dari adanya perilaku yang berlebih (excessive) dan kekurangan (deficient) seperti impulsif, hiperaktif, repetitif namun dilain waktu terkesan pandangan mata kosong, melakukan permainan yang sama dan monoton .Kadang-kadang ada kelekatan pada benda tertentu seperti gambar, karet, boneka dan lain-lain yang dibawanya kemana-mana.
D.      Gangguan pada perasaan atau emosi, seperti kurangnya empati, simpati, dan toleransi; kadang-kadang tertawa dan marah sendiri tanpa sebab yang nyata dan sering mengamuk tanpa kendali bila tidak mendapatkan apa yang ia inginkan.
E.       Gangguan dalam persepsi sensoris seperti mencium-cium dan menggigit mainan atau benda, bila mendengar suara tertentu langsung menutup telinga, tidak menyukai rabaan dan pelukan, dan sebagainya.
Gejala-gejala tersebut di atas tidak harus ada semuanya pada setiap anak autisme, tergantung dari berat-ringannya gangguan yang diderita anak.
GANGGUAN YANG MENYERTAI AUTIS
A.       Gangguan sulit tidur dan makan.
B.       Gangguan afek dan mood.
C.       Perilaku yang membahayakan diri sendiri dan orang lain.
D.      Gangguan kejang (10 – 25 %).
E.       Kondisi fisik yang khas (anak autis 2 -7 tahun lebih pendek dibanding anak seusianya).

EARLY INFANTILE AUTISM

Pengertian Autism

Autisme berasal dari kata “autos” yang berarti segala sesuatu yang mengarah pada diri sendiri. Dalam kamus psikologi umum (1982), autisme berarti preokupasi terhadap pikiran dan khayalan sendiri atau dengan kata lain lebih banyak berorientasi kepada pikiran subyektifnya sendiri daripada melihat kenyataan atau realita kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu penderita autisme sering disebut orang yang hidup di “alamnya” sendiri.
Istilah autisme dipergunakan untuk menunjukkan suatu gejala psikosis pada anak-anak yang unik dan menonjol yang sering disebut Sindrom Kanner (untuk membedakan dengan sidrom Asperger atau autis Asperger). Ciri yang menonjol pada sindrom Kanner antara lain ekspresi wajah yang kosong seolah-olah sedang melamun, kehilangan pikiran dan sulit sekali bagi orang lain untuk menarik perhatian mereka atau mengajak mereka berkomunikasi.
Autisme digolongkan sebagai gangguan perkembangan pervasif (pervasive developmental dis-orders), secara khas gangguan yang termasuk dalam kategori ini ditandai dengan distorsi perkembangan fungsi psikologis dasar majemuk yang meliputi perkembangan keterampilan sosial dan bahasa, seperti perhatian, persepsi, daya nilai terhadap realitas, dan gerakan-gerakan motorik.