STRES
1. Apakah yang dimaksud dengan Stress?
Dalam kehidupan ini ada kalanya seseorang terkadang memiliki batas kemampuan berfikir dan memiliki kecenderungan bosan dengan rutinitas yang ada. Mulai dari sini lah seseorang bisa mengalami stres pada lingkungan ataupun keadaan yang membuatnya stres. Tetapi, sebenarnya apakah stres itu? Istilah stres dikemukakan oleh Hans Selye yang mendefinisikan stres sebagai respon yang tidak spesifik dari tubuh pada tiap tuntutan yang dikenakan padanya. Stress juga diartikan suatu keadaan psikologis individu yang disebabkan karena individu dihadapkan pada situasi eksternal dan internal (Lazarus, 1976).
Keadaan stres muncul apabila tuntutan-tuntutan yang luar biasa atau terlalu banyak mengancam kesejahteraan atau integritas seseorang. Stres tidak saja kondisi yang menekan seseorang ataupun keadaan fisik atau psikologis seseorang maupun reaksinya terhadap tekanan tadi, akan tetapi stres adalah keterkaitan antar ketiganya.
Oleh karena banyaknya definisi mengenai Stres, maka Sarafino (1994) mencoba mengkonseptualisasikan ke dalam 3 pendekatan yaitu Stimulus, Respons dan Proses.
· Stimulus
Keadaan atau situasi dan peristiwa yang dirasakan mengancam atau membahayakan yang menghasilkan perasaan tegang disebut stressor. Beberapa ahli mengkategorikan ini menjadi 3, yaitu:
ü Peristiwa Katastropik, misalnya gempa bumi, tsunami, banjir bandang.
ü Peristiwa hidup yang penting, misalnya di PHK atau perceraian.
ü Keadaan kronis, misalnya hidup pada situasi dan kondisi yang sesak dan padat.
· Respons
Respon diartikan sebagai reaksi seseorang terhadap stressor. Maka terdapat 2 komponen. Yaitu komponen psikologis, contohnya seperti pola perilaku, berpikir dan emosi. Dan kedua yaitu komponen fisiologis, contohnya seperti detak jantung, keringat, sakit perut. Kedua respon ini disebut dengan strain atau ketegangan.
· Proses
Stres sebagai suatu proses terdiri dari stressor dan strain ditambah dengan satu lagi hubungan antara manusia dengan lingkungan.
2. Apa kaitan stres dengan psikologi lingkungan?
Dalam kaitannya dengan stres lingkungan, ada transaksi antara karakteristik lingkungan dengan karakteristik individu yang menentukan apakah situasi yang menekan tersebut menimbulkan stres atau tidak. Contohnya, udara panas bagi sebagian orang memubuat kinerja mereka menurun, tetapi orang yang biasa di gurun, udara panas bukan hambatan mereka untuk bekerja.
Sumber-sumber stres juga bisa kebanyakan datang dari lingkungan terdekat seseorang. Menurut Lazarus dan Cohen (dalam Evans, 1982) mengemukakan bahwa terdapat 3 kelompok sumber stres, yang pertama adalah fenomena catalismic, yaitu hal-hal atau kejadian-kejadian yang tiba-tiba, khas dan kejadian yang menyangkut banyak orang seperti bencana alam, perang dan sebagainya. Kedua, kejadian-kejadian yang memerlukan penyesuaian atau coping seperti pada fenomena catalismic meskipun berhubungan dengan orang yang lebih sedikit seperti respon seseorang terhadap penyakit atau kematian. Dan yang ketiga adalah daily hassles, yaitu masalah yang sering dijumpai di dalam kehidupan sehari-hari yang menyangkut ketidakpuasan kerja, atau masalah-masalah lingkungan seperti kesesakan atau kebisingan karena polusi.
Dalam konteks lingkungan binaan, maka stres dapat muncul jika lingkungan fisik dan rancangan secara langsung atau tidak langsung menghambat tujuan penghuni, dan jika rancangan lingkungannya membatasi strategi untuk mengatasi hambatan tersebut, maka hal itu merupakan sumber stres (Zimring dalam Prawitasari, 1989).
Stres juga bisa terjadi karena adanya kepadatan dan kesesakan. Dalam mengulas dampak lingkungan binaan terutama bangunan tehadap stress psikologis, Zimring dalam Prawitasari,1989) mengajukan dua pengandaian. Yang pertama, stres dihasilkan oleh proses dinamik ketika orang berusaha memperoleh kesesuaian antara kebutuhan-kebutuhan dan tujuan apa yang disajikan oleh lingkungan. Proses ini dinamik karena kebutuhan-kebutuhan individual sangat bervariasi sepanjang waktu dan berbagai macam untuk masing-masing individu. Cara penyesuaian atau pengatasan masing-masing individu terhadap lingkungannya juga berbagai macam.
Pengandaian kedua adalah bahwa variabel transmisi harus diperhitungkan bila mengkaji stres psikologis yang disebabkan oleh lingkungan binaan. Misalnya perkantoran, status, anggapan tentang kontrol, pengaturan ruang dan kualitas lain dapat menjadi variabel transmisi yang berpengaruh pada pandangan individu terhadap situasi yang dapat dipakai untuk menentukan apakah situasi tersebut menimbulkan stres atau tidak.
3. Apakah stres bisa mempengaruhi perilaku dalam lingkungan?
Tentu saja hal ini sangat dapat terjadi jika keadaan seseorang sedang stres dan mempengaruhi perilaku seseorang dalam lingkungan. Kepadatan tinggi merupakan stresor lingkungan yang dapat menimbulkan kesesakan bagi individu yang berada di dalamnya. Stresor lingkungan, menurut Stokols merupakan salah satu aspek lingkungan yang dapat menyebabkan stres, penyakit, atau akibat-akibat negatif pada perilaku masyarakat. Fontana (1989) menyebutkan bahwa stres lingkungan berasal dari sumer yang berbeda-beda seperti tetangga yang ribut, jalan menuju bangunan tempat kerja yang mengancam nilai atau kenikmatan salah satu milik atau kekayaan dan kecemasan finansial atas ketidakmampuan membayar pengeluaran-pengeluaran rumah tangga. Ia juga menyebutkan bahwa sumber utama dari stres di dalam dan di sekitar rumah adalah sebagai berikut:
· Stres karena teman kerja (partner)
· Stres karena anak-anak
· Stres karena pengaturan tempat tinggal setempat.
· Tekanan-tekanan lingkungan.
Contohnya dalam kehidupan sehari-hari yaitu
1. Stres karena teman kerja (partner)
Biasanya terdapat situasi dimana pada kondisi ini seseorang sedang bersaing dalam mendapatkan posisi dan jabatan dengan salah seorang rekan kerjanya. Dalam situasi ini, ia diharuskan untuk bekerja semaksimal mungkin tanpa ada kesalahan. Sehingga ketika suatu kesalahan terjadi dan partner nya selangkah maju kedepan maka seseorang itu merasa stres dan adanya kepanikan-kepanikannya dalam bekerja. Bisa juga dikarenakan hal-hal seperti permasalahan internal dengan teman kerja.
2. Stres karena anak-anak
Stres karena anak-anak mungkin sering dialami oleh para orang tua. Dalam hal ini contohnya yaitu jika dalam situasi ini orang tua sulit mengendalikan kenakalan remaja anaknya, hingga anaknya memakai narkoba, seks bebas dan lain sebagainya. Orang tua merasa tidak mendidik anaknya dengan benar, perasaan-perasaan inilah yang mengakibatkan para orang tua stres memikirkannya.
3. Stres karena pengaturan tempat tinggal setempat
Kondisi ini terjadi di pemukiman yang sempit dan jarak antar rumah berdempet dan sangat berdekatan. Misalnya, seorang tetangga yang memelihara ayam dan kandang ayamnya terletak di depan rumahnya sehingga dapat dipastikan kandang tersebut mempersempit jalanan yang memang sudah cukup sempit. Jika pagi hari ayamnya dibiarkan lepas dan ayam tersebut masuk ke halaman rumah para tetangga lainnya dan membuang hajat sembarangan di halaman orang lain. Hal ini lama kelamaan bisa menyebabkan seseorang merasa stres dan terganggu. Belum lagi karena jarak yang berdekatan ini, para ibu-ibu biasanya suka duduk-duduk di pinggir jalan sembari membicarakan orang lain. Hal ini tentu dapat mengganggu orang-orang disekitarnya.
4. Tekanan-tekanan lingkungan
Tekanan lingkungan ini contohnya ketika seorang anak tidak mampu untuk mengikuti pergaulan teman sebayanya yang mengharuskan mereka membeli handphone terbaru dan mahal sedangkan keadaaan orang tua mereka tidak mampu dan jika tidak bisa mengikutinya si anak akan dijauhkan oleh teman-temannya. Ini membuat tekanan dan stres sendiri baik untuk si anak dan orang tuanya.