Minggu, 24 April 2011

Ruang personal, Privasi dan Teritorial


1.        PRIVASI

A.      PENGERTIAN
Privasi merupakan tingkatan interaksi atau keterbukaan yang dikehendaki seseorang pada suatu kondisi atau situasi tertentu. Tingkatan privasi yang diinginkan itu menyangkut keterbukaan atau ketertutupan, yaitu adanya keinginan untuk berinteraksi dengan orang lain, atau justru ingin menghindar atau berusaha supaya sukar dicapai oleh orang lain (Dibyo Hartono, 1986).
Dalam hubungannya dengan orang lain, manusia memiliki referensi tingkat privasi yang diinginkannya. Ada saat – saat dimana seseorang ingin berinteraksi dengan orang lain (privasi rendah) dan ada saat – saat dimana ia ingin menyendiri dan terpisah dari orang lain (privasi tinggi). Untuk mencapai hal itu, ia akan mengontrol dan mengatur melalui suatu mekanisme perilaku, yang digambarkan oleh Altman sebagai berikut:
a.       Perilaku verbal
Perilaku ini dilakukan dengan cara mengatakan kepada orang lain secara verbal. Misalnya “maaf, saya harus menyelesaikan tugas”
b.      Perilaku non verbal
Perilaku ini dilakukan dengan cara menunjukkan ekspresi wajah atau gerakan tubuh tertentu sebagai tanda senang atau tidak senang. Misalnya, jika seseorang tidak senang dengan sesuatu ia akan membuang muka atau langsung pergi. Begitu juga sebaliknya, jika ia senang dengan situasi ia akan tetap mengikuti itu dengan tertawa atau memasang muka yang bahagia.
c.       Mekanisme kultural
Budaya mempunyai bermacam – macam adat istiadat, aturan atau norma, yang menggambarkan keterbukaan atau ketertutupankepada orang lain.
d.      Ruang Personal
Adalah salah satu mekanisme perilaku untuk mencapai tingkat privasi tertentu. Kebanyakan penelitian menunjukkan bahwa individu yang mempunyai kecenderungan berafiliasi tinggi, ekstrovert atau yang mempunyai sifat hangat dalam berhubungan interpersonal mempunyai ruang personal lebih kecil daripada individu yang introvert (Gifford, 1987).

 Teritorial
e r
Pembentukan kawasan teritorial adalah mekanisme perilaku lain untuk mencapai privasi tertentu. Kalau mekanisme ruang personal tidak memperlihatkan dengan jelas kawasan yang menjadi pembatas antar dirinya dan orang lain maka pada teritorialitas batas – batas tersebut nyata dengan tempat yang relatif tetap.

B.       FUNGSI
Altman (1975) menjabarkan beberapa fungsi privasi sebagai berikut:
1.      Privasi adalah pengatur dan pengontrol intekasi interpersonal yang berarti sejauh mana hubungan dengan orang lain diinginkan, kapan waktunya menyendiri dan kapan waktunya bersama – sama orang lain.
2.      Merencanakan dan membuat strategi untuk berhubungan dengan orang lain, yang meliputi keintiman atau jarak dalam berhubungan dengan orang lain.
3.      Memperjelas identitas diri

C.       JENIS PRIVASI
Menurut Holahan (1982) ada 6 jenis privasi:
Keinginan untuk menyendiri

2.      Keinginan untuk menjauhi pandangan dan gangguan suara tetangga atau kebisingan lalu lintas
3.      Kecenderungan untuk intim terhadap orang – orang tertentu (keluarga) tetapi jauh dari semua orang
4.      Keinginan untuk merahasiakan jati diri agar tidak dikenal orang lain
5.      Keinginan untuk tidak mengungkapkan diri terlalu banyak
6.      Keinginan untuk tidak terlibat dengan tetangga

D.      FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRIVASI
a.       Faktor Personal
Perbedaan dalam latar belakang pribadi akan berhubungan dengan kebutuhan akan privasi. Dalam penelitiannya, ditemukan bahwa anak – anak yang tumbuh dalam suasana rumah yang sesak akan lebih memilih keadaan yang anonim dan reserve saat ia dewasa. Sedangkan orang menghabiskan sebagian besar waktunya di kota akan lebih memilih keadaan anonim dan intimacy.
b.      Faktor Situasional
Beberapa hasil penelitian tentang privasi dalam dunia kerja, secara umum menyimpulkan bahwa kepuasaan terhadap kebutuhan akan privasi sangat berhubungan dengan seberapa besar lingkungan mengijinkan orang – orang di dalamnya untuk menyendiri (Gifford, 1987)
c.       Faktor budaya
Penemuan dari beberapa peneliti, tentang privasi dalam berbagai budaya. Memandang bahwa tiap-tiap budaya tidak ditemukan adanya perbedaan dalam banyaknya privasi yang diinginkan, tetapi sangat berbeda dalam cara bagaimana mereka mendapatkan privasi (Gifford, 1987).

E.     PENGARUH PRIVASI TERHADAP PERILAKU
Kemampuan untuk menarik diri ke dalam privasi (privasi tinggi) dapat membantu membuat hidup ini lebih mengenakkan saat harus berurusan dengan orang – orang yang “sulit” (Schwatrz, dalam Holahan 1982).
Selain itu, privasi juga berfungsi mengembangkan identitas pribadi yaitu mengenal dan menilai diri sendiri. Proses mengenal dan menilai diri ini tergantung pada kemampuan untuk mengatur sifat dan gaya interaksi sosial dengan orang lain. Bila kita tidak dapat mengontrol interaksi dengan orang lain, kita akan memeberikan informasi yang negatif tentang kompetensi pribadi kita atau akan terjadi proses ketelanjangan sosial dan proses deindividuasi.
Jadi, privasi memainkan peran dalam mengelola interaksi sosial yang kompleks di dalam kelompok sosial dan privasi membantu kita memantapkan perasaan identitas pribadi.


2.        RUANG PERSONAL (PERSONAL SPACE)
Istilah Personal Space pertama kali digunakan oleh Katz pada tahun 1973 dan buka merupakan suatu yang unik dalam istilah psikologi, karena istilah ini juga dipakai dalam bidang biologi, antropologi dan arsitektur.
Beberapa definisi ruang personal secara implisit berdasarkan hasil – hasil penelitian antara lain:
1.      Ruang personal adalah batas – batas yang tidak jelas antara seseorang dengan orang lain
2.      Ruang personal sesungguhnya berdekatan dengan diri sendiri
3.      Pengaturan ruang personal merupakan proses dinamis yang memungkinkan diri kita keluar darinya sebagai suatu perubahan situasi.
4.      Ketika seseorang melanggar ruang personal orang lain, maka dapat berakibat kecemasan, stress bahkan perkelahian.
5.      Ruang personal berhubungan secara langsung dengan jarak – jarak antar manusia, walaupun ada tiga orientasi dari orang lain : berhadapan, saling membelakangi dan searah.

Hubungan-hubungan Kualitas-kualitas & Aktivitas-aktivitas Penginderaan yang terjadi
Kualitas-kualitas penginderaan
Jarak intim
(0-1,5 kaki)
Hubungan-hubungan intim suami-istri atau olahraga dengan kontak fisik langsung (gulat)
Kesadaran yang intens terhadap input sensoris terhadap input sensoris (seperti bau,panas tubuh) dari orang lain; sentuhan yang terjadi setelah percakapan sebagai cara utama dari komunikasi
Jarak Personal
(1,5 – 4 kaki)
Hubungan-hubungan di antara teman-teman dekat sebagaimana interaksi sehari-hari dengan kenalan
Kesadaran yang kurang intens dari input sensoris dibandingkan dengan jarak intim; pandangan normal dan menyiapkan umpan balik secara terinci; saluran-saluran komunikasi non-verbal lebih banyak daripada sentuhan
Jarak sosial
(4-12 kaki)
Hubungan-hubungan interpersonal dan hubungan-hubungan bisnis
Input sensoris yang amat minim; informasi disediakan oleh saluran-saluran visual dalam jumlah yang sedikit daripada jarak personal; menjaga agar suaranya normal; tidak mungkin ada sentuhan
Jarak Publik
(lebih dari 12 kaki)
Hubungan-hubungan formal antara individu (misalnya aktor atau polisi) dengan publik
Tanpa input sensoris; tanpa visual yang terinci; melebih-lebihkan perilaku non verbal sebagai pelengkap komunikasi verbal; pengertian gelembung ruang personal mulai hilang pada jarak ini.



                                       contoh ruang personal antar suami istri


3.      TERITORIALITAS
Teritorialitas adalah suatu tingkah laku yang diasosiasikan pemilikan atau tempat yang ditempatinya atau are yang sering melibatkan ciri pemilikannya dan pertahanan dari serang orang lain (Holahan, dalam Iskandar, 1990).
Apa perbedaan ruang personal dan teritorialitas? Menurut pendapat Sommer dan de War (1963) bahwa ruang personal dibawa kemanapun seseorang pergi, sedangkan teritori memiliki implikasi tertentu yang secara geografis merupakan daerah yang tidak berubah-ubah.

ELEMEN – ELEMEN TERITORIALITAS
Menurut Lang (1987), terdapat empat karakter dari Teritorialitas, yaitu:
1)      Kepemilikan atau hak dari suatu tempat
2)      Personalisasi atau penandaan dari suatu area tertentu
3)      Hak untuk mempertahankan diri dari gangguan luar
4)      Pengatur beberapa fungsi, mulai dari bertemunya kebutuhan dasar psikologis sampai kepada kepuasaan kognitif dan kebutuhan-kebutuhan estetika.
Dalam usahanya membangun suatu model yang memberi perhatian secara khusus pada desain lingkungan, maka Hussein El-Sharkwy (dalam Lang, 1987) mengidentifikasikan empat tipe teritori, yaitu:
1.      Attached Territory adalah “gelembung ruang” sebagaimana telah dibahas dalam ruang personal.
2.      Central Territory, seperti rumah seseorang, ruang kelas, ruang kerja, dimana kesemuanya itu kurang memiliki personalisasi. Oscar Newman menyebutnya “Ruang privat”
3.      Supporting Territory adalah ruang-ruang yang bersifat semi privat dan semi publik.
4.      Peripheral Territory adalah ruang publik, yaitu area-area yang dipakai oleh individu-individu atau suatu kelompok tetapi tidak dapat memiliki dan menuntutnya.
Sementara itu, Altman membagi teritorialitas menjadi 3, yaitu:

1)        Teritorial Primer
Jenis teritori ini dimiliki serta dipergunakan secara khusus bagi pemiliknya. Pelanggaran terhadap teritori utama ini akan mengakibatkan timbulnya perlawanan dari pemiliknya dan ketidakmampuan untuk mempertahankan teritori utama ini akan mengakibatkan masalah yang serius terhadap aspek psikologis pemiliknya, yaitu dalam hal harga diri dan identitasnya. Contoh : ruang kerja, ruang tidur, wilayah negara, dsb.
2)        Teritorial Sekunder
Jenis teritori ini lebih longgar pemakaiannya dan pengontrolan oleh perorangan. Teritorial ini dapat digunakan oleh orang lain yang masih di dalam kelompok ataupun orang yang mempunyai kepentingan kepada kelompok itu. Contoh : Toilet, zona servis, dsb.
3)        Teritorial Umum
Teritorial umum dapat digunakan oleh setiap orang dengan mengikuti aturan-aturan yang lazim di masyarakat dimana teritorial umum itu berada. Teritorial umum dapat digunakan secara sementara dalam jangka waktu lama maupun singkat. Contoh: taman kota, gedung bioskop, ruang kuliah, dsb.
Berdasarkan pemakaiannya teritoral umum dibagi menjadi 3 yaitu:
a.       Stalls
Merupakan suatu tempat yang dapat disewa atau dipergunakan dalam jangka waktu tertentu. Contoh: kamar-kamar di hotel, lapangan tenis, bilik di telpon umum, dsb.
b.      Turns
Mirip dengan stalls, hanya berbeda dalam jangka waktu penggunaannya saja. Turns dipakai orang dalam waktu yang singkat. Contoh: tempat antrian karcis, antrian bensin, dsb.
c.       Use Space
Adalah teritori yang berupa ruang yang dimulai dari titik kedudukan seseorang ke titik kedudukan objek yang sedang diamati seseorang. Contoh: seseorang yang sedang melihat baju di koridor toko maka toko itu adalah Use Space atau ruang yang terpakai yang dimiliki oleh orang itu, serta tidak dapat diganggu gugat selama orang tersebut masih melihat-lihat baju tersebut.

            Perilaku teritorial dalam kelompok tidak terbatas pada teritori utama saja. Lipman (1967) menemukan bahwa rumah peristirahatan membuat klaim yang hampir eksklusif atas kursi-kursi tertentu dlaam ruang sehari-hari. Mereka mempertahankan teritori mereka meskipun akan mengakibatkan ketidaknyamanan fisik dan psikologis.
            Perilaku teritorialitas manusia dalam hubungannya dengan lingkungan binaan dapat dikenal antara lain pada penggunaan elemen-elemen fisik untuk menandai demarkasi teritori yang dimiliki seseorang, misalnya pagar halaman. Teritorialitas ini terbagi sesuai dengan sifatnya yaitu mulai dari yang privat sampai dengan yang publik. Ketidakjelasan pemilikan teritorial akan menimbulkan gangguan terhadap perilaku.
Robert Sommer (1969) dalam penelitian perilaku yang terjadi pada perpustakaan melihat efektifitas dari berbagai strategi cara membatasi teritorial untuk menunjukkan kepemilikan yang dilakukan disitu. Pada saat suasana tidak terlalu penuh pengunjung maka pemberian tanda teritory yang berupa tumpukan buku, pena, sandwich cukup menandai teritorial tersebut supaya jangan diintervensi olah lainnya. Namun bila suasana penuh pengunjung penandaan teritory perlu dilakukan lebih intensif lagi dengan penandaan barang yang berlabel atau sangat mencolok dan banyak , bahkan kalau perlu diberi secarik kertas bertuliskan ‘Jangan duduk disini !’ misalnya karena serangan invasi akibat kebutuhan tempat yang makin tinggi.
Territorial possession tidak kalah berartinya daripada sexual possession. Peraturan resmi menunjukan adanya perubahan organik dan evolusi perilaku terhadap pandangan tentang teritory. Perubahan ini dalam status tertentu tetap dapat diterima dengan meluaskan sudut pandang perilaku. Misalnya : pada kebanyakan daerah anda boleh menembak manusia tanpa dihukum, jika orang yang anda tembak melarikan istri anda. Atau contoh lainnya adalah kadang kepemilikan barang (dalam hal ini teritory misalnya) lebih dipentingkan dari kepemilikan seksual. Rasa kehilangan teritorial kadang lebih menyakitkan daripada kehilangan kekasih misalnya.
Perwujudan territorial juga ditemukan pada tingkat yang lebih rendah yang terbentuk dan terpengaruh oleh lingkungan binaan (designed environment). Jika lingkungan binaan berubah , territori-nya kemungkinan besar juga akan mengalami perubahan. Ada baiknya kita melihat contoh kejadian tersebut dalam dunia nyata, dari lingkungan sebenarnya, dan menjadikan itu sebagai subyek penelitian. Sebagai suatu contoh yang sarat dengan pernyataan teoritis dapat dilihat pada hipotesis yang berkait dengan suatu kegiatan bisnis misalnya seperti yang diuraikan di bawah ini.
Sebuah firma yang berlokasi di Ibu kota menempati beberapa ruang dekat gedung-gedung tinggi, masing-masing terdiri atas beberapa kantor yang punya pegawai beraneka ragam. Ada satu perusahaan small executive pinacle yang tak terjangkau oleh sembarang orang.dan membawahi berbagai bagian drafter, teknisi, pemasaran, analis investasi,juru tulis, perencana, staf maintenance dsb. Perusahaan ini melengkapi fasilitas kantornya dengan perpustakaan, cafetaria, restoran, dan areal iistirahat dalam gedung itu.
Sistem aksi perilaku-perilaku dan hubungan pada gedung itu merupakan subculture ( dari tinjauan antropological term) dan keanggotaan subculture sangat beragam. Kajian ini tidak meliputi atau mengabaikan bagian pekerja tingkatan terbawah ( penjaga pintu, pemijat ) dan bagian staf teratas (presiden direktur dan wakil presiden direktur). Dalam melakukan pekerjaan dulunya pegawai tidak memiliki tempat yang permanen sesuai rancangan desain gedung itu. Mereka lalu secara berulang ( meskipun tidak selalu ) melakukan proses perubahan rancangan itu sendiri. Beberapa menempatkan dirinya pada lingkungan yang tidak menarik perhatian. Pegawai yang mendapat ruang khusus merasa perlu untuk mengindentifikasikan siapa mereka, perabot mereka, suasana ruangan, penempatan meja dan areal kerja yang sesuai dengan konsep ingin menunjukkan ‘inilah saya’. Mereka menyimbolkan kenyataan kedudukan pangkat dan derajat kepemilikan dengan sejumlah pengaturan ruang sesuai imajinya dan ini dipamerkan kepada para tamu atau yang datang lainnya (tentu saja sembari dinikmatinya sendiri)
Elemen space yang dibatasi itu disebut ‘unit territorial’ dan individu yang menempatinya disebut ‘inhabitants’. Unit territorial melekat erat pada setiap individu yang mempunya kepemilikan ruangan pada berbagai tempat. Teritorialnya tergantung dimana individu tersebut berada dan mengidentifikasikan tempat tersebut sebagai wilayah kepemilikannya. Mungkin di mobil, di ruang tamu, di ruang kelas dsb. Harus juga dicatat bahwa biarpun secar fisik unit teritorial ini terpisah namun secara konsep unit ini terkait satu sama lainnya. Inhabitant berbeda dengan occupant ( yaitu yang berada pada tempat tersebut) namun tidak ‘memiliki’ (does not possess). Occupant boleh juga disebut visitor (tamu).


Tidak ada komentar: